Di tengah hijaunya persawahan dan damainya Desa Gunungsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, terdapat kekayaan kuliner yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat: Rajamangsa Mantyasih. Lebih dari sekadar hidangan, Rajamangsa Mantyasih adalah representasi dari kearifan lokal, memanfaatkan ratusan sumber pangan lokal yang tumbuh subur di desa ini. Keunikan kuliner ini bukan hanya pada cita rasanya, tetapi juga pada filosofi dan keberagaman bahan yang menjadi dasar pembuatannya.
Gunungsari merupakan desa yang dikelilingi oleh kekayaan alam yang melimpah. Berada di kawasan Kabupaten Madiun yang terkenal dengan hasil pertanian dan budayanya, desa ini menjadi salah satu contoh sukses bagaimana kearifan lokal dapat dijaga melalui kuliner tradisional. Tanah yang subur dan udara yang sejuk memungkinkan tumbuhnya berbagai macam tanaman pangan seperti singkong, ubi, sayuran hijau, rempah-rempah, hingga padi yang menjadi sumber makanan pokok. Kombinasi ini menciptakan dasar yang kuat bagi pengembangan Rajamangsa Mantyasih.
“Rajamangsa Mantyasih” berasal dari kata “raja” yang berarti penguasa atau pemimpin, serta “mangsa” yang bermakna makanan. Sementara “Mantyasih” berarti cinta kasih. Filosofinya adalah bahwa makanan ini tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga memberikan cinta kasih kepada mereka yang menikmatinya. Dengan memanfaatkan bahan lokal yang sehat dan alami, Rajamangsa Mantyasih menjadi simbol bagaimana harmoni antara manusia dan alam dapat tercipta melalui makanan.
Rajamangsa Mantyasih memiliki keistimewaan pada kelengkapan bahan dasarnya. Lebih dari 100 jenis bahan pangan lokal digunakan dalam proses pembuatannya. Mulai dari daun kelor, bunga turi, hingga kacang-kacangan dan biji-bijian, semuanya dipilih dengan cermat untuk menciptakan harmoni rasa yang unik. Setiap bahan tidak hanya memberikan rasa, tetapi juga nilai gizi yang tinggi. Misalnya, daun kelor yang kaya akan zat besi dan vitamin, atau bunga turi yang mengandung protein nabati. Tidak ketinggalan, rempah-rempah seperti kunyit, jahe, dan lengkuas turut melengkapi cita rasa Rajamangsa Mantyasih. Rempah-rempah ini tidak hanya memberikan rasa yang khas, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan seperti meningkatkan imunitas dan melancarkan pencernaan.
Pembuatan Rajamangsa Mantyasih melibatkan proses yang cukup panjang dan penuh kehati-hatian. Dimulai dengan pemilihan bahan segar langsung dari ladang, bahan-bahan tersebut kemudian diolah dengan metode tradisional. Misalnya, menggunakan kukusan bambu untuk menjaga cita rasa asli dan kandungan gizi.
Setiap elemen dari Rajamangsa Mantyasih diolah secara terpisah untuk memastikan rasa dan tekstur yang sempurna. Setelah itu, bahan-bahan tersebut dirangkai menjadi satu hidangan lengkap yang mencakup lauk-pauk, sayuran, dan sambal tradisional. Tidak lupa, nasi yang digunakan juga berasal dari varietas lokal yang memiliki tekstur dan aroma khas.
Rajamangsa Mantyasih bukan hanya tentang makanan; ia juga memiliki peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat Gunungsari. Hidangan ini sering disajikan dalam acara adat, seperti selamatan desa atau pernikahan. Kehadirannya menjadi simbol kebersamaan dan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah.
Selain itu, makanan ini juga menjadi medium untuk memperkenalkan budaya lokal kepada wisatawan. Setiap kali wisatawan berkunjung ke Gunungsari, mereka diajak untuk mencicipi Rajamangsa Mantyasih sembari mendengar cerita tentang filosofi dan proses pembuatannya. Dengan demikian, Rajamangsa Mantyasih tidak hanya menjadi sajian kuliner, tetapi juga alat untuk melestarikan identitas budaya setempat.
Di era modern seperti sekarang, Rajamangsa Mantyasih memiliki potensi besar untuk diperkenalkan ke tingkat yang lebih luas. Dengan memanfaatkan teknologi dan pemasaran digital, kuliner ini dapat menjadi salah satu produk unggulan Kabupaten Madiun. Pengemasan yang menarik dan promosi yang tepat dapat membantu meningkatkan daya tarik Rajamangsa Mantyasih, baik di pasar lokal maupun internasional.
Selain itu, pengembangan wisata gastronomi di Desa Gunungsari juga menjadi langkah strategis untuk mempromosikan Rajamangsa Mantyasih. Wisatawan dapat diajak untuk melihat langsung proses pembuatan makanan ini, mulai dari memanen bahan di ladang hingga menikmati hasil akhirnya. Konsep ini tidak hanya mendukung pelestarian kuliner tradisional, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat desa. ( Lewi Damar Oktavian )