PENTAHELIX PARIWISATA DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN WISATA HIJAU

Desa Gunungsari, yang terletak di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, telah menjadi sorotan sebagai salah satu desa yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata hijau. Dengan latar belakang alam yang indah berupa hamparan persawahan, kebun buah, hutan lindung, dan budaya lokal yang masih terjaga, desa ini menawarkan daya tarik wisata yang unik. Namun, tantangan besar masih menghadang, seperti minimnya infrastruktur pendukung, kurangnya sarana penginapan, serta keterbatasan akses transportasi. Untuk itu, konsep Pentahelix Pariwisata menjadi jawaban yang strategis untuk mengoptimalkan potensi tersebut secara berkelanjutan.

Pertemuan penting yang diadakan di Pendopo Jembar, Desa Gunungsari, mengumpulkan berbagai pemangku kepentingan untuk membahas implementasi pendekatan Pentahelix Pariwisata. Konsep ini menitikberatkan pada kolaborasi lima elemen utama, yaitu pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, komunitas, dan media. Melalui sinergi antarelemen, Desa Gunungsari diharapkan mampu menjadi model pembangunan wisata hijau yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dan pelestarian budaya.

Unsur pentahelix pariwisata dari BUMN

Sebagai penggerak utama, pemerintah khususnya dari BUMN memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan regulasi yang mendukung pengembangan wisata hijau. Di Desa Gunungsari, pemerintah daerah diharapkan menyediakan infrastruktur pendukung, seperti peningkatan akses jalan menuju desa, penyediaan sarana transportasi ramah lingkungan, hingga pembangunan fasilitas wisata yang memadai. Selain itu, kebijakan terkait pengelolaan limbah dan konservasi lingkungan menjadi elemen penting dalam menjaga kelestarian alam desa.

Pemerintah juga memainkan peran sebagai fasilitator bagi komunitas lokal melalui pelatihan dan pendampingan. Dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan destinasi wisata, pemerintah membantu menciptakan rasa kepemilikan yang kuat, sehingga keberlanjutan wisata dapat terjamin. Dukungan berupa pendanaan dan program promosi juga menjadi langkah penting untuk meningkatkan daya saing wisata desa di tingkat nasional maupun internasional. Dalam pendekatan Pentahelix, akademisi berperan memberikan landasan ilmiah untuk pembangunan wisata yang berkelanjutan. Penelitian berbasis data menjadi panduan bagi pemangku kepentingan dalam mengelola sumber daya alam, merancang strategi pemasaran, hingga merumuskan solusi atas tantangan lingkungan.

Gathering stake holder pentahelix pariwisata pelaku bisnis

Di Desa Gunungsari, akademisi dapat berkontribusi melalui studi tentang tata kelola lahan pertanian yang ramah lingkungan, pengelolaan limbah organik, serta pemetaan potensi desa sebagai destinasi wisata edukasi. Selain itu, perguruan tinggi dapat menyusun modul pelatihan yang relevan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, seperti pelatihan pemandu wisata, manajemen homestay, hingga pengembangan produk lokal.

Pelaku bisnis menjadi elemen kunci dalam mendukung pembangunan wisata hijau di Desa Gunungsari. Investasi dalam produk dan layanan yang ramah lingkungan menjadi langkah konkret untuk menciptakan ekosistem pariwisata yang berkelanjutan. Misalnya, menyediakan transportasi listrik untuk wisatawan, membangun penginapan berbasis komunitas, serta memperkenalkan produk lokal yang mendukung identitas budaya desa. Selain itu, pelaku bisnis dapat bekerja sama dengan komunitas lokal untuk mempromosikan kerajinan tangan, kuliner khas, dan seni tradisional sebagai daya tarik wisata. Langkah ini tidak hanya meningkatkan ekonomi lokal tetapi juga memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya.

Unsur pentahelix pariwisata dari pemerintah / government

Komunitas lokal memegang peranan vital dalam pengembangan wisata hijau. Sebagai pengelola langsung destinasi, mereka bertanggung jawab menjaga kelestarian alam dan budaya desa. Melalui pembentukan kelompok sadar wisata (pokdarwis), warga Desa Gunungsari terlibat aktif dalam mengelola program wisata berbasis edukasi dan kearifan lokal.

Komunitas juga menjadi ujung tombak dalam menciptakan pengalaman wisata yang autentik bagi pengunjung. Dengan memanfaatkan tradisi dan budaya yang sudah ada, seperti seni tari tradisional, pertunjukan musik, atau ritual adat, mereka menawarkan daya tarik wisata yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Media menjadi elemen yang sangat penting dalam pendekatan Pentahelix. Melalui media, baik mainstream maupun digital, informasi tentang Desa Gunungsari sebagai destinasi wisata hijau dapat tersebar luas. Media membantu menciptakan citra positif desa, mempromosikan daya tariknya, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan.

Dengan memanfaatkan platform media sosial, desa dapat menarik perhatian generasi muda dan wisatawan internasional. Narasi inspiratif tentang keindahan alam, budaya lokal, serta inovasi wisata ramah lingkungan di Desa Gunungsari menjadi alat promosi yang efektif untuk meningkatkan kunjungan wisata.

Famtrip untuk unsur pentahelix pariwisata sektor transportasi dan biro perjalanan

Kolaborasi yang terjalin melalui pendekatan Pentahelix menciptakan sistem yang saling mendukung dan berkelanjutan. Pemerintah memberikan regulasi dan fasilitas, akademisi menyediakan pengetahuan, pelaku bisnis menghadirkan inovasi, komunitas menjadi penggerak utama, dan media menyebarluaskan informasi. Di Desa Gunungsari, pendekatan ini membuka peluang besar untuk mengembangkan destinasi wisata yang tidak hanya menarik, tetapi juga edukatif. Program wisata seperti pelatihan pertanian organik, pengelolaan limbah, dan konservasi lingkungan menjadi nilai tambah bagi pengunjung. Selain memberikan pengalaman yang bermakna, program ini juga mendorong perubahan pola pikir wisatawan untuk lebih peduli terhadap lingkungan.

Dengan berbagai inisiatif yang didukung oleh pendekatan Pentahelix, Desa Gunungsari memiliki potensi besar untuk menjadi contoh sukses pembangunan wisata hijau di Indonesia. Keberhasilan ini tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, tetapi juga menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengembangkan wisata berkelanjutan yang berorientasi pada masa depan. (Lewi Damar Oktavian)

Still hungry? Here’s more